Film menyajikan kita realita yang patut diamati. Bila film
tersebut fiksi belum pula fiksi, karena mungkin kisah itu pernah terjadi dalam
hidup seseorang sekali waktu. Bahagia, takut, sedih, tertekan, dan berbagai
emosi dalam film menjadi emosi kita pula dalam hidup.
Sekali waktu pernah kita merasakan emosi dan seolah semua tertimpa pada diri
kita. Disaat sedang bahagia, seolah kita orang yang paling beruntung sedunia.
Disaat tertimpa musibah, seolah kita orang yang paling sial sedunia.
Kita menyoroti diri kita sendiri,
mengevaluasi, dan melakukan banyak hal yang tak terduga-duga. Tetapi semua
seolah beruntun dan menuntun kita pada suatu takdir. Iya, Tuhan adalah
sutradara kita, merangkap sebagai produser.
Tetapi Tuhan tidak pernah memberikan
skripnya pada kita. Siapa tahu kita sedang berperan sebagai apa, antagonis,
protagonist, siapa yang tahu.
Setiap situasi dalam drama
kehidupan ini kita hanya butuh berperan sebaik mungkin. Kita menyoroti diri
kita sendiri seolah kita melihat diri kita bermain dalam suatu drama dalam
layar kaca. Karena setiap orang adalah tokoh utama dalam kisahnya
masing-masing.
Oleh karena itu megapa orang
menulis diary, blog, ataupun curhat, bukan karena narsisme tetapi merupakan
ekspresi untuk menunjukan bahwa dirinya ada, sebagai tokoh utama yang berperan
dalam kisahnya sendiri.
Terkadang lucu, bila dipikir
tentang kisah kita lampau dan kisah kita mendatang yang tidak kita ketahui
endingnya.
Hanya saja kita sendiri yang akan
menentukan alur dan ending dalam film kita, apakah happy ending, apakah sad
ending.
Tentu semua orang menginginkan
happy ending. Tuhan telah menyusun alur ceritanya, mari kita berperan sebaik
mungkin sebagai tokoh utama dalam hidup ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar