Sebagai mahasiswa perantauan saya wajib mudik, walau sayangnya gak bisa tiap bulan. Padahal sudah semester akhir, cuma skripsi sama kuliah 9 sks, tapi rasanya tambah padet aja kegiatan. Kendaraan faforit saya waktu mudik ialah kereta api, Kahuripan, 38.000 sekali jalan, muga gak naik lagi tarifnya amin...
Penumpang kereta super ekonomi itu macem-macem, kayak nenek-nenek kisut, bapak-bapak kuli, mahasiswa kere tapi mbois kayak saya, dan lain-lain deh. Cewek cakep dikit aja dah keliatan kayak bidadari disana. Tapi yang paling berkesan tuh penumpang balita, yah maksudnya balita itu sama orang tuanya, gak sendirian.
Dua kali pengalaman di kereta deket balita, lupa belum kenalan sama calon tokoh masyarakat tersebut. Yah sebagai calon bapak yang baik otomatis saya suka sama balita(hohoho, promosi..). Yah pengalaman lah buat hari depan, aneh tapi lucu juga kalo diinget-inget.
Ceritanya gini, anak balita 1, umur 4 tahunan. Balita itu di kursi menghadap saya, ketawa-ketawa mulu sambil lompat-lompat dikursi waktu lihat saya. Mungkin sih balita itu kayak liat om-om lucu atau om-om ganteng gitu deh. Gak taunya tu balita dari kursi depan saya lompat langsung ke paha saya. Buk,, (sakit),, gak tau apa sebenarnya dipikiran balita itu, tiba-tiba dia jambak-jambak rambut saya, ketawa, sambil teriak "mbek..mbek..kayak mbek". Aduh masak kakak cakep ini dipanggil mbek,.
Cerita dari anak balita 2, lebih kecil lagi baru 1,5 tahun mungkin. Balita itu sama mamaknya, nangis kuenceng dicup-cup maknya, tapi gak diem-diem. Yah biasa, sebagai calon father yang baik saya ikutan ngecup-cup. Gak taunya mamaknya langsung mangkuin balita itu di saya. Entah gimana pikiran balita itu, diem langsung coy.. Mamaknya senenglah balitanya diem, tapi lama-lama kok rasanya anget, wahwahwah eh bener ngompol. Banyak banget ngompolnya, sampek-sampek celana saya dari selakangan, paha, dengkul basah semua, pesing lagi. Gak bawa ganti lah, kayak saya yang ngompol gitu deh. Padahal dari kereta tuk kerumah masih harus jalan 1 km, trus naik bis 10 km, trus ngojek 2 km. Untung bisa ditutup tas.
Emang nasib, pulang dalam keadaan ngompol, orang-orang di bis dan di jalan cuma bisa tutup hidung dan cengar-cengir nahan ketawa. Yah,, malu juga, ilang tampang intelek mboisnya.. kalo ketemu orang dijalan, saya cuma bisa dalam hati ngomomg, gak kenal gak kenal gak kenal..
Yah namanya pengalaman ya, banyak yang aneh-aneh emang. Tapi pengalaman segala jenis peristiwa semuga aja beri faedah baik lah paling gak, amin...
Jumat, 29 Maret 2013
Penampilan itu Nomor Satu… (speaker Jeremi Teti)
Ya’
pembicara terakhir inilah yang kehadiranya sangat ditunggu-tunggu. Siapa yang
gak kenal dia, kasihan banget gak punya tv ya di kos, atau jangan-jangan yang
kamu tonton cuma sinetron doang, walah, ckckck..
Jeremi
Teti, tahukan, penyiar berita SCTV tu lho yang sering bilang salam es… ce… te…
ve… dipenutupan beritanya. Rutin nyiarin berita sekitar jam 24 malem sampai jam
2 malem, coba deh sekali-kali bangun dan nonton siaranya.
Yah
bukan bermaksud promosi, yang penting sosok figurnya itu lho, yang lain kita
kesampingkan. Belajar dari orang-orang sukses itu selalu baik, mereka dulu
pekerja keras yang patut kita tiru agar kita juga sukses seperti mereka, mereka
bisa kenapa kita tidak gitu lho..
Bung
Jeremi Teti ini ternyata orangnya humoris dan banyol, ucapan-ucapan dia sering
kali menarik pemirsa untuk tertawa dan bertepuk tangan. Biar begitu dia
kharismatik dan berwibawa. Wuh orang-orang seperti ini-nih yang patut
kita(maksudnya aku) contoh,.
(Ininih
sesi fotoku sama Jeremi Teti, juga sama Erik, dia juga pingin dimasukin fotonya
lagi di blog ini, ngeksis sekali lagi katanya..)
Okedeh langsung aja ke
substansi materi yang dia sampaikan.. Dalam seminar itu dia tidak menyampaikan
secara point-point tetapi lebih verbal menyampaikan kiat sukses berdasarkan
pengalaman-pengalamanya, terutama untuk menjadi public speaker yang baik dari
segi penampilan.
“Dalam berbicara
didepan umum itu gak boleh bertingkah sembarangan lho, harus diperhatikan cara
berdiri, cara duduk, cara pegang mic, cara berdiri kalo lagi gak ngomong, dan
lain-lain, pokoknya penampilan harus maksimal, prepare baik-baik..” katanya.
Menurutnya, cara berdiri
itu yang jelas harus tegak, dagu terangkat dan jangan geleyor. Lalu cara duduk,
ya kalo laki-laki harus lurus dengan arah kursi, gak boleh miring, kaki
direnggangkan dan jangan dirapatkan bok, trus kalo perempuan kebalikan dari laki-laki,
justru harus merapatkan kaki, sedikit miring dari arah kursi, tangan diatas
paha dan gak boleh sandaran, biar kelihatan lebih anggun dan cantik, baik laki-laki
maupun perempuan keduanya harus duduk tegap.
(Cara pegang mic dan
cara berdiri kalo gak ngomong dijelaskan hanya sepintas dan saya belum dapet
pointnya untuk saya tulis, kehabisan tiket untuk pelatihannya sih..)
“Siapkan dirimu terjun
ke pasar kerja, jangan takut mencoba apapun untuk melatih keberanian dan
kepercayaan diri kamu. ikutilah audisi atau lomba apapun agar lebih PD didepan
public, juara gak penting yang penting sering ikut” katanya.
Menurut dia, penampilan
adalah nomor satu bila kamu berniat eksis di public, paling tidak dipandang
pantas dulu dari segi penampilan, kemampuan intelektual itu setelah penampilan,.
Laki-laki dan perempuan harus rapi, bersih, wangi dan mecing dari atas sampai
bawah.
“Bagi laki-laki
berpenampilanlah maksimal sampai dimana paling terlihat jantan dan berwibawa,
bagi perempuan berpenampilanlah maksimal sampai dimana paling terlihat anggun
dan cantik,” katanya. “Bila kurang tahu, tanyakanlah pada orang lain kira-kira
penampilan seperti apakah yang membuat dimana saya terlihat paling jantan atau
anggun,” katanya lagi..
Uuh, arigato!!! Pak
Jeremi Teti, mencerahkan banget., super…..
“Penampilan menentukan
kesuksesan,” menurutnya. “Jadi bagi yang merasa gaya berpakaiannya belum
berwibawa belum anggun ya harus cepet diubah, bagi yang merasa kelebihan berat
badan buruan diet, bagi yang merasa belum six pack buruan fitness..
pokoknya penampilan nomor satu,
intelektual bisa dicari,” tambahnya.
Hoaaa, saya jadi
semakin berapi-api.. Saya pikir-pikir bener banget sih, penampilan menunjang
kepribadian, misalnya dengan berpenampilan dewasa kepribadian kita akan
tertuntun menjadi lebih dewasa, bila berpenampilan sopan kepribadian kita akan
tertuntun menjadi sopan, “bila telah terbiasa berpenampilan seperti itu maka
kepribadian tersebut akan menjadi kebiasaan kita,” tambah Erik.
Langganan:
Postingan (Atom)